Cari Blog Ini

Sabtu, 18 September 2010

*** REPOTNYA MENGURUS TITIT ***

Sosoknya JANTAN, itu bohong.
Wajahnya TAMPAN, itu Fitnah.
Siapakah GERANGAN?

ANDI LAU

Bukan.

Namanya MUNZIR.

Kelakuannya yang aneh di balut dengan tingkahnya yang nyeleneh.
Membuat ia di juluki suami terkonyol dan berhasil menyabet penghargaan sebagai BEST COMEDIAN HUSBAND 2009 KARANGTARUNA AWARD.

Ada-ada saja memang kekonyolannya itu.
Tempo hari ia bersama isterinya menyelenggarakan sebuah syukuran sederhana atas keberhasilan anak pertamanya Njum yang masih balita, hanya karena si Njum ini sudah bisa kencing dengan sendiri.

Menurut Munzir, ini adalah prestasi pertama Njum sejak ia bayi.
Munzir pun berteriak gembira menyambut hari yang bersejarah ini.
Dan si Njum yang masih ingusan itu bukan main gembira melihat respon sekitarnya yang begitu luar biasa.
Ia merasa telah menjadi anak gede, suatu imajinasi yang tak henti-hentinya ia bayangkan.
Ia mulai merasa nikmatnya menjadi gede dan menolak disebut sebagai bocah.

Memang kencing pertamanya itu belumlah sempurna. Masih muncrat di sana-sini, baju serta kaos Njum pun menjadi pesing semua.
Dan Njum pun belum cukup sabar untuk menunggu tetes terakhir habis dan sudah buru-buru memasukkan titit kecilnya itu kembali ke celana. Tapi siapa peduli atas ketidaksempurnaannya itu.
Munzir menciuminya bertubi-tubi dan mengabarkan prestasi Njum itu ke tetangga dan sanak saudara.

Munzir tidak peduli apakah para tetangga itu peduli.
Munzir juga tak mau repot-repot apakah respon mereka itu sekadar basa-basi, tulus atau malah muak dan memaki.
Yang jelas, Munzir menjadi sibuk dengan kegembiraannya sendiri.
Bagi Munzir dan isteri yang merawat Njum sejak ia masih dalam kandungan,
prestasi semacam itu jelas sesuatu yang mengguncangkan.
Dan inilah ancaman beranak-pinak,
Di mata isterinya, selama menyangkut soal anak, Si Munzir ini mendadak begitu gampang menyebalkan tanpa ia sadari.

Bayangkan, jangankan membuka celanannya sendiri untuk kemudian bisa pipis sendiri,
bahkan ketika si Njum itu mulai bisa menatap benda-benda, mulai bisa menatap lawan bicaranya pun,
Munzir berteriak-teriak gembira.
Ketika kemudian Si Njum bisa mengapai-gapai dan bersuara, Munzir pun berteriak-teriak lagi.
Pendek kata, sepanjang menyangkut soal Njum, hidup Munzir menjadi penuh dengan teriakan.

Dan setelah rampung menuntaskan hajat kegembiraannya itu,
Munzir pun mengajak istrinya untuk bincang-bincang secara serius.

''Mulai saat ini, anak kita si Njum, sudah akan terbiasa mengelola TITITnya sendiri.
Memang masih akan butuh bantuan kita, tapi sepenuhnya, barang itu akan menjadi miliknya yang sangat pribadi.
Ia akan menjadi anak muda nanti. Dan tentunya kita pun pernah mengalaminya sendiri.
Betapa berat menjadi anak muda. Kita sendiri butuh jatuh bangun untuk menyelamatkan masa muda kita.
Jurang menganga di mana-mana dan kita suka atau terpaksa pasti pernah berada di tepi-tepinya.
Beruntung tidak sampai nyebur, tapi sungguh itu adalah sebuah tahapan yang sangat berbahaya.
Terpeleset sedikit saja kita ini sudah langsung akan terkubur di dalam aib bersama.''

Istri Munzir mulai sentimental.
Matanya mulai berkaca-kaca.
Tapi Munzir tetap tak peduli dan semangat khotbahnya yang malah kian menjadi-jadi.

''Padahal kau tahu, mengurus TITIT itu makin lama makin tidak mudah.
Bayangkan, jika banyak remaja sekarang ini tidak cuma bebas pacaran tapi juga bebas begituan.
Sambil begituan pun mereka mereka bisa memotret aksinya sendiri,
merekamnya sendiri untuk akhirnya dipertontokan sebagai bioskop umum nasional,'' kata Munzir.

Kali ini Munzir terpaksa menghentikan khotbahnya karena sang isteri sudah menangis dengan kerasnya.
Penyebabnya jelas, ia pasti tengah membayangkan fantasi buruk tentang anak kesayangannya, si Njum.

Di luar, Njum si bocah ingusan itu tampak bercanda dengan gembira.
Ia yang lagi-lagi dengan suara keras pamer pada teman-temannya bahwa betapa ia sekarang sudah bisa pipis sendiri.
Sementara banyak anak-anak tertawa mendengar pengakuan Njum itu, tangis istri Munzir pun malah makin menjadi-jadi.

Susah payah Munzir menenangkannya, ini bukti bahwa beranak-pinak tidak cuma berisi teriakan dan kegembiraan semata,
tapi juga puasa terus-menerus.
Puasa dalam berbagi bentuk. ''Aku puasa untuk tidak selingkuh, dan kamu kuat puasa untuk setia,'' kata Munzir.

''Karena jika orang tuanya rajin puasa, anak-anak itu pasti terperangkap dalam resonansinya.
Jika ia melanggar pasti cukup sewajarnya.
Jika ia terpeleset, pasti cepat bangunnya dan jika ia salah, pastilah mudah ampunannya,'' tambah Munzir sok berfilsafat.

"Bagaimana... kamu siap mengurus dan menjaga Titit anakmu itu...?" Tantang Munzir sambil nyengir.

"Atau.. mau ngurus Titit bapaknya saja...?" Munzir mulai nakal.

Isterinya diam tak menjawab.
Tapi memang begitulah gayanya jika ia sedang setuju.
Mirip ketika pertama kali Munzir melamarnya.

"Hmmmm...... Mengurus Titit bapaknya..? Siapa takut!!!"

Keduanya pun akhirnya tertawa sambil ngeloyor ke dalam kamar.
Tapi sebelum menutup Tirai, Munzir sempat mendongakan kepalanya keluar sambil ngedip.

"Mohon doa restu yah.. mau bikin adiknya Njum.. Hehehe...."

Tidak ada komentar: