Cari Blog Ini

Jumat, 03 Desember 2010

Ada banyak orang yang kepingin sampai tujuan tapi tak tahu jalan.
Ada banyak orang yang dengan tekun mengerjakan sesuatu tapi koq hasilnya malah nihil.
Kalo istilah sunda itu namanya: "cape gawe teu ka pake" .
Segala sesuatu ada ilmunya.
kenapa harus pake ilmu?
Ya, biar gampang. Biar mudah. Biar simple. Biar gak ribet.
Lalu kenapa ada banyak orang yang rajin sholat, tapi koq masih rajin juga melakukan maksiat?
Nah lho?
Bukankah Sholat itu bisa atau mampu mencegah kemaksiatan?

Jadi..

Sangat di sayangkan...
Banyak orang yang berharap sholat dan do'anya itu di terima, tapi koq ternyata malah menjadi dosa.
Apanya yang salah?

Lha, gimana sholatnya mau sah, wong wudhunya aja semerawut koq!!
Nah lho!!

Jadi..

Jadi apa?

Ya jadi BATAL...

Nnngggantungg.....

AURA NEGATIV YG BEREDAR DI SEKELILING KITA

WASPADALAH.....!!

Barangkali karena aku ini sudah sering berpindah-pindah tempat tinggal,
maka tubuhku ini bisa menjadi begitu peka terhadap aura sekeliling.
Sulit memang bagiku untuk menjelaskannya dengan kata-kata.
Namun jika ada yang bertanya padaku soal aura sebuah tempat maka aku ini bisa langsung menjelaskannya.
Aku pernah jwengkel oleh seseorang yang baru saja keluar dari ruang ATM--
hanya gara-gara ia sama sekali tak memberitahuku bahwa mesin uang itu rusak,-
sementara akulah satu-satunya pihak yang menunggu lama di belakangnya.

Ia ngeloyor begitu saja dan aku harus mengalami soal yang sama;
yakni: Sebuah kesialan yang sama sekali tak perlu jika orang ini mau sedikit saja berderma dalam bentuk memberi tahu.

Yup,

Sebetulnya aku memang tak benar-benar butuh jasanya.
Karena di negara ku ini  orang cuek seperti itu memang tak terhitung buuuuanyaknya.
Maka katimbang harus tersinggung setiap hari lebih baik aku menganggap pemandangan itu sebagai soal yang jamak-jamak saja.

Lho, jangankan soal yang semacam itu.
Bahkan ada juga hal-hal yang membuat kita, bahkan semua orang pun jwengkel kalang kabut oleh sesuatu yang sebetulnya bisa di tertibkan.
Misalnya ada saja angkutan kota yang dengan tekun menunggu penumpang sambil tak merasa jika ia tengah mengangkangi jalan dan menimbulkan kemacetan puuuanjang di belakangnya.

Swehingga, perang klakson pun tak terelakan lagi.
Mending kalo hanya sekadar perang suara bising klakson.
tapi malah sampai ada yang nekat nguamuk-nguamuk turun ke jalan sambil sumpah serapah tak karu-karuan.

Atow, masih ada saja sopir taksi yang seluruh kabinnya pengap oleh asap rokok sehingga bau taksi itu tak lebih dari sebuah ASBAK besar.
Lumayan jika cuma rokok.
Bahkan, beberapa sopir di antaranya malah masih ada yang TEGA mengencingi mobilnya sendiri begitu KEBELET tiba.
Si sopir ini cukup hanya dengan membuka pintu mobil dan menjadikannya sebagai dinding TOILET PORTABLE.
Habis perkara.
Maka itu, janganlah heran.
Jika taksi lain ada yang sekadar berbau ASBAK.
Maka taksi yang ini malah telah menjadi WC umum.

CONGRATULATION....

Oya, jangan tanya pula bagaimana tentang buanyaknya perokok yang salah ruang.
Tidak cuma di bus-bus omprengan yang pengap dan sesak,
di restoran-restoran yang jelas-jelas serba tertutup dan berpendingin ruangan,
tetapi juga di rumah-rumah mereka sendiri.
Bahkan ada seorang bapak-bapak yang sedang menimang bayinya lengkap dengan rokok mengepul di bibirnya seperti ketel uap dari mulutnya, dengan bayi sendiri sabagai penadahnya.
Maka jangankan orang lain, bahkan bayi sendiri pun di asapi gitu lho!!!

Jadi, jika cuma ada seseorang yang enggan memberi tahu tentang mesin ATM yang rusak kepada pemakai berikutnya, itu adalah soal yang memang harus di maafkan dan kalau perlu malah harus disambut dengan gembira.

Kawanku...

Di Indonesia ini, cadangan maaf memang harus demikian besarnya karena jumlah pelanggaran dan kesalahan sepertinya memang jauh di atas jumlah maaf yang tersedia.
Walau yang belangsung itu sesungguhnya pasti bukan lagi peristiwa maaf-memaafkan tetapi sudah menyerupai sikap putus asa.
Putus asa kepada jumlah pelanggaran yang telah di luar takaran itulah yang kemudian membuat kita secara bersama-sama memilih diam dan seolah-olah sabar terhadap kesalahan.
Dan itulah keadaan yang disebut oleh Stephen Covey sebagai konspirasi gelap.

Konspirasi yang tidak terang-benderang, seolah-lah tidak ada tetapi begitu nyata dan ganas daya rusaknya.
Karena konspirasi ini ibarat seseorang yang sedang berlari bersama-sama, saling bantu-membantu, dorong mendorong, tarik-menarik tetapi koq cuma untuk masuk ke satu lubang secara berjamaah.

Nah, konspirasi semacam inilah yang rasanya sedang berlangsung di sekujur urusan, secara intensif, pasti dan berbahaya.

Itulah yang di sebut keadaan saling dukung mendukung.

BAHU MEMBAHU MEMBELA YANG KELIRU
MAJU TAK GENTAR MENDUKUNG SANG ONAR!

Rabu, 20 Oktober 2010

Asal nulis

Kalo ada orang yg bilang aku ganteng.
Aku suka buru2 ngaca.
Bener ga sih?

Yup,

wajahku ini memang suka aneh.
kadang bisa tiba2 ganteng gak ke tulungan,
kadang juga sewaktu-waktu bisa mendadak jelek tak karu-karuan.
Dan itulah momen2 paling menyebalkan.

Akan tetapi, yang bikin kita jd mendadak ganteng itu sejatinya memang bukan karena rias wajah, tapi lebih di karenakan inteleqtuality kita.
Lho koq bisa?

Orang cerdas itu sebetulnya ganteng, cantik, seksi.
Orang yang otaknya cerdas atow jenius, ia bisa menyesuaikan diri, bisa membaca situasi, bisa fleksibel, supel, dan variabel.

Oleh karenanya, meskipun wajahnya itu tak terlalu ganteng tapi kalo otaknya cerdas.
Maka dia suka terlihat mantes. penampilannya luwes. matanya awas bak mata elang. penciumannya tajam seperti tikus.
kalo bertindak atow melakukan apapun, pasti berbeda dengan orang bodoh.
Ia sedikit lebih efisiyen, dan apa yang ia lakukan seolah-olah  tampak artistik dan menarik. Jeli dan penuh perhitungan.

Kadang seleranya suka agak-agak highclas gitu, yo wajar. Wong Cerdas koq, berarti dia mampu.
Kalo ada orang yang seleranya atow cita2-nya tinggi, yo jangan di hina atow di ledek..
Tapi telusuri dia, jangan2 dia itu memang cerdas.

Sebab,

Yang menjadi tolak ukur tinggi rendahnya cita2 seseorang adalah kecerdasannya, bukan hartanya.
Harta itu khan hanya sekedar galah, atow "gantar" kalo istilah sunda mah.
Si harta itu hanya sebagai galah untuk menggapai cita2 itu.

Makanya ada pepatah yg mengatakan.
Gantungkanlah cita2mu setinggi langit.

Ya, memang harus.
harus di gantungkan.
Nah, untuk mengambilanya gimana?

Ya itu tadi, Yakni pake harta.
Bukan di tumpuk2 atow di bikin tangga, tapi harta itu buat modal sekolah yang tinggi,
nah, dengan sekolah yang tinggi itulah cita2-mu yg dulu kau gantungkan di langit ke tujuh itu akhirnya bisa juga kau gapai..
Namun, lagi2 yg menentukan tinggi atow rendahnya cita2 kita itu adalah intelektual kita.
kalo kita punya otak cerdas, maka sering kali cita2 kita ini seakan2 melambung tinggi.
ingin ini, ingin itu, seperti doraemon.
tapi tidak apa2, bagus itu. berarti suatu hari nanti kita pasti mampu menggapainya.
Di dunia ini khan tak ada yg tak mungkin, apapun bisa terjadi.

Orang2 di jaman batu, pasti berpikir:

"Ah, mana mungkin kita bisa terbang ke bulan..?"

Buktinya.

Orang2 jaman sekarang tlah menjawabnya dgn kecerdasannya...

So, Apapun yg terjadi dan apapun yg  kita pikirkan di dunia ini akan slalu penuh dgn kemungkinan.

Kita akan menjadi apa yg kita pikirkan.
Maka itu pkirkanlah kita ini mau jadi apa?

<Saya Rozzi Narayan Mau jadi Hamba TUHAN yg beruntung DUNIA AKHERAT. AMiin>

Senin, 27 September 2010

ANGGREK YANG MELENGKUNG

Entah kenapa aku ini koq sangat menyukai bunga anggrek.
Apakah karena bentuk dan warna anggrek itu yang terkesan elegan?
Ataukah hanya karena jenisnya yang beragam dan bermacam-macam?

Entahlah..

Yang jelas.

Dari segi keharuman memang masih kalah semerbak jika di bandingkan dengan melati.

Tetapi, dari segi kemunculannya ia adalah exsotic dan artistic.

Bayangkan,

Si anggrek ini, ia bisa begitu menyeruak dengan anggunnya di antara hiruk pikuk keangkuhan belantara.

Bentuknya yang nyaris menyerupai entah, membuat ia terlihat begitu ningrat dengan semburat aura yang begitu kuat.
Mungkin karena alasan itu pula lah, hingga si anggrek ini di jadikan simbol keningratan seorang wanita oleh Prabu Rakkai Maheisa dari kerajaan kalingga.
Sedikit ngarang memang.
Tapi seperti itulah cerita dari seorang pengarang.

Maka jangan heran pula, jika Asmarawan sekaliber Syaikh A rozz pun amat sangat menyukai anggrek.

Ada pengalaman menarik dari anggrek ini.
Sekitar Sepuluh tahunan yang lalu, aku pernah menanam sekuntum anggrek.
Dan ku pot begitu saja di sisi pagar rumahku.
Ku sebut begitu saja, karena sebetulnya ia adalah anggrek yang tak terawat.

Sebab, setelah ku tanam begitu saja.
Aku sudah tak lagi merawatnya karena kemudian aku harus pergi mengembara ke luar kota.
Kota yang slalu penuh dengan lintah dari negeri antah barantah.
Dan tentu saja, sejatinya bukanlah kota itu yang ingin aku ceritakan di sini.
tetapi aku hanya ingin bercerita soal anggrek yang aneh bin nyeleneh itu.

Kalau pun si anggrek itu masih hidup hingga kini, itu tak lebih dari ketidaksengajaan ibuku atau keluargaku yang slalu membuang air tepat ke arah tempat anggrek itu berada.

Tetapi dari sisi tata letak, perawatan dan perhatian, betapa ia adalah tanaman sebatang kara.

Terburuk adalah letaknya yang centang perenang sedemikian rupa itu sehingga cahaya sama sekali tidak pernah menjangkaunya.
Ia nyelip diujung pagar dengan matahari yang selalu terhalang untuk menyentuhnya.

Tegasnya, ia adalah anggrek tanpa sinar.

Tetapi selama ia berada di pagar itu, tak henti-hentinya ia memberi kami bunga jika musimnya telah tiba.

Ungu, segar dan tahan berlama-lama.

Jika bunga itu merekah, bukan cuma keluargaku yang menyapa, tetapi juga orang-orang lewat dan para tetangga:

''Duh cantiknya,'' begitu biasanya puji mereka.

Setiap komentar, membuat keluargaku bahagia.
Dan begitulah memang watak pujian.
Jika pun ia dialamatkan kepada barang-barang kita, maka bahagiannya akan singgah ke kita juga.

Setelah sekian lama anggrek ini memberi keluargaku bunga padahal dengan perawatan ala kadarnya,

Maka ketika aku kembali lagi ke rumahku dari pengembaraan yang tak pernah jelas endingnya.
Dan ketika sambil iseng ku perhatikan bentuk anggrek itu, sampailah aku pada keheranan yang tak ku pikir sebelumnya.
Sebuah keheranan yang memaksaku terpaksa harus termenung tanpa ujung hingga bingung.

Yakni, betapa seluruh tubuh anggrek ini koq ternyata cuma bergerak ke satu jurusan saja.
Yaitu menjulur ke luar, tepat ke bibir pagar arahnya.
Gerakan ini tidak di bentuk oleh siapapun, tetapi anggrek itu sendirilah yang membentuknya.

Butuh waktu bertahan-tahun memang, bagi tanaman ini untuk membengkokkan dirinya seperti itu,
tetapi agaknya itulah satu-satunya cara agar ia bisa hidup, bertumbuh dan bisa mendermakan elok lewat bunga-bunganya.

Butuh waktu bertahun-tahun!
Dan taksiranku, lebih dari sepuluh tahun sudah sejak anggrek itu ada di sana.

Awalnya memang aku acuh tak acuh.
Tetapi jika kita mau sedikit saja menafakurinya.
Maka Subhanallah.
Sesungguhnya ia tlah mengajarkan sesuatu kepada kita.

Lalu siapa yang meminta anggrek itu melengkungkan tubuhnya untuk menuju arah yang sama?

Oh, ternyata adalah kebutuhannya atas cahaya.

Pojok yang dihuni anggrek itu,
sebetulnya adalah sisi gelap dan cuma di luar pagar itulah cahaya berada.

Setitik demi setitik anggrek itu menjulurkan tubuhnya.
Sel demi sel ia mengulur diri untuk menuju seberkas cahaya.

Cahaya itu memang cuma beberapa inchi saja dari tubuhnya,
cahaya itu cukup berada di luar pagar, wilayah yang tak terhalang tembok tetangga.
Tetapi bagi si anggrek, itulah jarak yang amat jauh, yang harus ditempuh dengan hitungan tahun.
Bahkan lebih dari sepuluh tahun karena pot itu telah ada di sana sejak kakakku masih perjaka hingga sekarang sudah berumah tangga beranak dua. Dan kabar terakhir adalah duda.

Aku sebetulnya malu pada anggrek yang senantiasa berjuang mencari cahaya tanpa mengeluh ini.
Sebuah perjalanan yang intens, yang secara konsisten ia lakukan tanpa peduli apakah keluargaku sedang memperhatikannya atau tidak.

"Yang saya tau, cahaya itu ada di sana, dan langkah ini, harus terus menuju ke sana," begitulah pasti tekad anggrek itu.

Kini, tak perlulah aku menebak-nebak lagi, karena ia telah menyodori aku bukti atas seluruh jerih payahnya itu.

Maka setiap aku melihat anggrek itu, aku koq seperti melihat sebuah kekuatan keyakinan - atas segala sesuatu.

Betapapun lemahnya kita,

siapapun kita ini,

maka ia akan menjadi teramat kuat jika ia sedang rindu berjalan menuju cahaya.

< Saya Rozzi Narayan Untuk Pembaca Yang Budiman >



Senin, 20 September 2010

MAYA MEDIA Pictures

"Trilogi "THE MAGICAL MADAM" is over.

Tulisan itu terpampang jelas di halaman depan CUPID MAGAZINE.

"TRIO EL TERANCAM BUBAR"
berita mengenai keretakan persahabatan TRIO EL yang fenomenal itu kini kian santer di tayangkan di media-media.
Terutama CUPID MAGAZINE yang tlah menjadi basicnya slama bertahun-tahun.
Terpuruknya moral EL-Q < Rozzi Narayan, sang sutradara muda multitalenta> akibat terjerumus lagi ke dalam narkoba, di tuduh sebagai biang keladinya.
Ending kisah petualangan Sang Ratu bersama pengawalnya pun menjadi kabur dan ngawur.
tak jelas juntrungannya.
Akankah mereka - EL-Q, EL-MOM, dan EL-C - bersatu kembali?

Di kalangan para pecinta, siapa sih yang tak kenal mereka.
Tiga serangkai yang berjuluk Trio EL - yang antara lain:
-EL-Q  --- <Rozzi narayan>
-EL-MoM  --- < Shinta Devi LS >
-EL-C ---   < Aldy Aditya > itu.
Sempat membikin gempa bumi seantero CMC dengan exsistensinya yang sensational dan kontroversial.

- EL-Q, yang tak lain adalah Rozzi Narayan.
Sang sutradara muda multitalenta ini memang akhir-akhir ini slalu menjadi pusat perhatian karena karakternya yang di anggap mendadak berubah aneh dan yeleneh.
Asmarawan terbaik 2002, 2003, 2005, 2008 dan 2010 ini memang sedang mengalami penurunan moral setelah putus dengan kekasihnya Adilla putri Ramadhan awal tahun ini.
Dengan Usianya yang tak lagi muda <26> ia sempat di juluki sebagai ABG tertua oleh MMP Comunnity.
Meski wajahnya tak setampan sahabatnya EL-C, tapi ia punya kharisma yang luar biasa.
Punya kelebihan dalam IQ,SQ, dan AQ, dan ia sangat piawai dalam hal meramu strategi. Apa pun itu.
Maka tak heran jika ialah yang sering manjadi otak atau dalang di belakang kedua sahabatnya itu.
Dan ia suka mengklaim dirinya sebagai ASMARAWAN, yg bisa menciptakan teori-teori PEDEKATE kapada para cewek.
dan teorinya itu sudah di buktikan oleh EL-C. Dan terbukti benar.

-Shinta devi LS = EL-MoM :

Usia 23. Selain cantik luar dalam, dan kuliah di jurusan kedokteran. Ia pun punya kelebihan dalam mata bathin.
tegasnya ia punya indera ke enam.
Maka tak heran jika ia di juluki EL-MOM. "THE MAGICAL MADAM" <Master of Mistery>
Dan, dialah satu-satunya wanita yang bisa mengalahkan dan mementahkan teori-teori EL-Q soal cewek.
Ia juga yang mampu menghentikan Teori EL-Q tentang cewek agar tidak menyebar dan menjadi malapetaka.

-Aldy Aditya = EL-C.

Usia 25. Ia adalah kekasihnya EL-MOM.
Dan berwatak PlayBoy.
Selain punya wajah yang unik dengan mata Belo, ia juga punya kelebihan dalam teknologi komputer, ia jago ngerakit komputer.
Orangnya kadang jarang serius. Humoris tapi cuek. Alias dingin.
Dan itulah yang mmbuat EL-mom tertarik dengannya.

Mereka bertiga dengan kelebihannya masing-masing, mencoba untuk membangun sebuah komunitas.
Yakni:
KAHANIA COMUNNITY yang kemudian di rubah lagi menjadi CUPID MAGAZINE COMUNNITY,
yang berbasic pada sebuah majalah mini, yang terbit sebulan sekali, di kawasan bandung timur.

Sebuah majalah yang mengupas tentang suka duka para pecinta dari mulai yang sudah menikah atau pun yang masih lajang.
Semua masalah-masalahnya di kupas tuntas oleh CUPID MAGAZINE.
Di bawah asuhan Rozzi Narayan atau EL-Q.
Dan setelah penggemar mereka kian bertambah banyak.
Kemudian komunitas ini mereka kembangkan lagi dengan cara menggandeng sebuah stasiun Radio yang siap menyuarakan suara hati para pecinta.
Acara curhat-curhatan pun menjadi salah satu acara paling favourite dan banyak di gemari karena pembawaan sang peniyar < Rozzi Narayan > yang begitu luwes dan sudah mereka kenal dari tulisan-tulisannya di majalah hingga mereka seolah tak asing lagi, dan merasa cocok untuk urusan curhat-curhatan.

Maka, dari mulut ke mulut, penggemar pun kian bertambah banyak.
Mulai dari ibu-ibu hingga gadis remaja.
Mulai dari masalah rumah tangga hingga masalah cinta anak muda.
Dan mereka pun di beri kebebasan untuk saling mengenal dan ber-shareing-ria.
Akhirnya tiap satu tahun sekali di adakan jumpa fans dengan meriah.

Siapa yang untung?
Dan di mana peluang keuntungannya itu?
Hal pertama yang harus di lakukan adalah mencari orang atau penggemar sebanyak-banyaknya.
Lalu kita mengikatnya dengan sebuah doktrin.
Kita satukan pikiran mereka dan itulah yang paling penting.
seperti halnya semboyan para fans fanatik-nya Liverpool:
"Your's never walk alone".

Tapi sebelum kita satukan pikiran mereka.
Kita beri dulu mereka kesenangan-kesenangan dan hiburan-hiburan.
Biarkan mereka mengidolakan kita.
jika mereka sudah mengidolakan kita.
Maka kita pun akan gampang sekali untuk memasukan produk-produk kita.
Bagaimana?
Ok?

How to submit a gadget to Blogger

How to submit a gadget to Blogger

Sabtu, 18 September 2010

KEYBOARD USANG yang BIKIN AKU BERANG

 Sebenarnya aku sedang malas sekali menulis,

Apalagi....

Kondisiku saat ini sedang tidak enak badan,
Di tambah lagi suasana hatiku yg sedang BETE-di sebabkan oleh sesuatu yg gak jelas.

Sebenarnya masalahnya sih sederhana sekali,
hanya gara2 pacarku yg dini hari itu belum tidur, bersikeras minta di temenin ngobrol lewat handphone.

Ya, tentu saja aku tidak bisa.
Pasalnya, HP-ku memang sedang berada di rumah Servis,
alias sedang rusak parah.

Rupanya...

Alasanku ini membuat pacarku itu BETE tak karu-karuan.

Dan celakanya...

Ke-BETE-an pacarku itu ikut-ikutan menular juga kepadaku....

Sekilas memang aneh.

BETE koq bisa menular gitu lho?

Namun, sepertinya semua itu sudah biasa terjadi pada kami,
mungkin juga bagi pasangan2 lain,
atow bagi orang2 yg sedang merajut benang2 Cinta.

Seperti ada semacam benang merah yg tak nampak, yg akan slalu menghubungkan perasaan hati kita masing2 dengan sendirinya.

Jika hati pacarku sedang di rundung kesedihan.
Maka hal itu selalu saja sampai ke hatiku,

misalnya saja:

Dengan tiba2 aku jadi teringat akan dirinya,
dan dengan tiba2 pula hatiku ini merasa sedih dan iba,
yg aku sendiri kadang gak ngerti apa penyebabnya??

"Lho koq, malah jadi curhat?"

Ya,

Ke-BETE-an ku ini memang masih terus berlanjut.

Kali ini datang dari Keybord Computer yg akan ku pake untuk mengetik.

Si Keybord itu memang sudah usang sekali bentuknya,
dan tentu saja karena sudah sering kali di pakai.
Bahkan, huruf2nya pun sudah tak pernah kelihatan lagi bagaimana bentuk dan wujudnya.
Hingga, ketika aku ingin mengetik huruf "I" saja, yg muncul malah "U".
karena si huruf "I" dan "U" ini memang slalu saja bergandengan,
hal ini benar2 menjengkelkan hatiku.

Jika soal mengetik saja masih slalu salah tekan,
lalu apa kata Moehammad Dipenogoro nantinya tentang penulis ini..
Beliau pasti akan mentertawakan Sang pengetik yg kaku ini.

"Penulis koq masih repot soal Keybord?"

Bukankah seorang penulis itu seharusnya sudah lancar mengetik dengan sepuluh jari tanpa harus melihat lagi huruf2 yg ada di Keybord?

Yup,

Mengetik dengan sepuluh jari memang tak lagi memerlukan Otak sadar,
karena semuanya sudah di atur oleh Otak alam bawah sadar kita,

Hanya saja,

bisakah Otak alam bawah sadarku ini bekerja dengan baik disaat hatiku sedang BETE??

HENING.

Tak ada jawaban.

Aku pun malas untuk menjawabnya,

Yang ingin ku lakukan sekarang adalah..
pergi ke dapur, membikin Kopi Susu,
lalu duduk lagi di depan Computer.

Kali ini aku mencari Lagu2 Favorite-ku di My Stuf,
Kemudian segera melanjutkan kembali tulisanku yg sebentar lagi mau aku akhiri.

Sembari nyeruput Kopu susu,
dengerin Music favorite sekaligus mengetik.
Bodo amat lah dengan huruf2 Keybord yg sudah gundul itu,
aku takkan lagi melihatnya,
aku takkan lagi peduli dengan si Huruf "I" yang slalu saja ketuker dgn huruf "U" itu.

Aki hanya tudak mau mood-ku inu di kacaukan oleh Sebiah benda mati yg bernama KEYBORD.

Masa toh, hanya gara2 Keybord saja, Mood-ki jadu Risak??

Masa uya, kuta kalah ama Keybord....??

BAHAYA PUTUS CINTA

Ehem,

Ciluk Ba!!

Kata orang :

Jatuh cinta itu bisa bikin kita terlenA.
Itu baru kata orang lho, belom tentu apa kata monyet, hehehe...

< "Huss!! serius ah, ntar ada yg kesinggung lho" >

Baiklah.

Dari sekian banyaknya pasien yang pernah saya terimA.
Hampir 90% sepakat berkatA:

BahwA...

Jatuh Cinta memang satu hal yang terkadang bisa bikin kita jadi terlenA.
Bisa bikin hati kita sering tertawA mirip orang gilA. < Hayo ngaku...>


Akan tetapi,

Kebalikan dari itu...

Putus CintA, adalah hal yg laen lagi, yg terkadang malah bikin hati kita jadi MeranA.

-Pikiran kita seolah terpenjarA
-tubuh kita serasa tak bernyawA
-dan jiwa kita pada akhirnya jadi tersiksA

Sungguh perlayA.

Benar-benar di buatnya tak BerdayA.

"Ah masa?"

"Ya coba ajA kamu putus cintA kalo ga percayA"

Saya yakin sekali,

Bahwa pada akhirnya kita akan menganggap semua itu ternyata hanyalah DustA, NistA, NodA, KarmA,
<"trus apa lagi yg ujungnya huruf A">

Satu hal Yang jelas.

Dari MeranA inilah akan terlahir yang namanya HampA, adiknya Duka, abangnya nestapA.
Dan inilah sebenarnya yg paling bahayA.

Sebab,

Dari Hati yg HampA - takutnya akan muncul perbuatan-perbuatan yang sulit di dugA,
Aksi-aksi yang sulit di terkA, yang berujung pada pelanggaran NormA, dan EtikA,

Nah lho,

Jika sudah melanggar normA dan etikA.
MakA andA akan segera dapat mengerti kalkulasinyA.

BahwA.

Pelanggaran-pelanggaran semacam itu hanya akan berakhir kepada penjarA.

"Itupun kalo kitA mau"

"Kalo nggak?"

Apa boleh di katA?

Bisa-bisa jadi penghuni Rumah Sakit JiwA.

"Ya Itupun kalo di terimA'

"Kalo di tolaK?"

Ya terpaksa bagi yang lemah Iman endingnyA Menenggak Racun SeranggA,
Gagal deh masuk SurgA.
Dan ujung-ujungnya pasti NerakA.

Inilah BahayA yang sebenernya dari gejalA putus CintA

Ah, itu mah CelakA. tentu saja Ogah.

"Ya iya Atuh, masa ya iya AteP. Pemaen PERSIB Donk!!"

Sebab,

jika sudah melabrak normA serta etikA,
makA hal itu sudah menjadi MARA yang di lengkapi dengan BAHAYA.
Dan sebentar lagi pasti muncul di MediA MediA.

Ia boleh jadi di ibaratkan LarvA-larvA yang datang dari NerakA dengan menggandeng MALA sekaligus PETAKA.

Dan hanya kepada orang yang sedang putus Cinta-lah, Si Larva-larva itu menyapA.

Jadi..

"Jadi apa?"

"Ya jadi Kunyuk!!"

"Nyambung nggA ?"

<Aku lagi belajar merangkai ceritA dgn menggunakan Majas Litotes yg Berujung pada huruf yg samA>

"Udah dulu ah, aku kebelet nih!!"

"Kebelet pingin Makan tau!!"

"jorok mulu sih pikirannye,
Kebelet itu tak melulu pengen ANU khan???"

hehehe...

O iya.

Satu Hal yg Pasti,

jika kita sedang sakit Hati
Janganlah suka menyendiri,

Sebab,

Si Setan itu amatlah tak tahu diri,
Ia akan terus menghampiri, selama kita enggan di Kebiri...

Jadi..?

Ya itu tadi..

Moso musti di ulangi...

Dan satu hal yg jelas.

Jika cerita ini masih belum jelas..

Pecahkan saja gelaS. Biar Gaduh sekalian...


<"Bingung... bingung deh...">

< "Biarain ah, ngawur juga. Kamana we ngomong mah...." >




< Saya Rozzi Narayan melaporkan untuk kalian dari tempat jualan KetaN >
------------------ < SEKIAN daN JangaN BosaN >---------------------

DEXTROMETHORPHAN

...........CCCCCCCCCCRAZY OBSESSION.................


Malam SUSUT tanpa CAHAYA

Kesunyian iklim MUNTING di udara

Ruhku BERSAYAP

Melayang terbang menembus AWANG

Menuju pusat asal usul

MENINJU DINGIN

Menyanyikan bisikan-bisikan air. DI MABUK CINTA.

Seperti PANTAT montok WARIA yang meminta SENGGAMA.



---Sensasi KEINDAHAN mendadak AJAIB.

Menghina REMBULAN.

Melawan seribu tatapan BINTANG.

Menjelma JEMBALANG.

..........Malam jadi makin larut bergaung LENGGANG di kedalaman kelam.
Iklim sungguh DINGIN.
Arwah-arwah bersipacu dengan diam memucatkan tulang-belulang jamur di halaman.
Dingin mengasah LEMBING-LEMBINGNYA di udara.
Dingin BERDENTING.
Udara MERINDING.
terkepung GAUNG dan BAYANG-BAYANG.

........ Ah, betapa masih ku ingat kala tatapan mataku berlabuh di kedua LOPAK matamu yang indah.

Ada sebuah sentuhan dari BOLA API yang membakar HANGUS birahiku melebihi HANTU.

Hatiku merupa ABU.

Cuaca lantas MABUK.

Tapi langit yang mendadak MENDUNG adalah pertanda akan datangnya hujan.

"Tidakkah kau beri aku waktu barang sejenak...
Biar ku tuntaskan dulu mimpiku tentang BURUNG.." Ratapku, ratap yang MERAYAP.
Seperti hendak MENYERGAP dalam GELAP.

CELAKA!!!

Baru saja kukepakan SAYAP.
Hujan sudah lebih dulu turun mengisyaratkan DERITA.

Di langit wujud-wujud halilintar meneriakan NESTAPA.
Seketika udara menjadi GARING walau langit begitu deras menumpahkan hujan.
Cuaca berubah ungu PEKAT sewarna kopi yang di seduh tanpa GULA.

....Jiwaku yang tlah lama MENGERING, kini BERTARING.
Segera MERINTIH dengan segumpal HASRAT yang membeku di sepanjang aliran darahku.
Kegersanganku yang PURBA mendentakkan LINDU.
Menghujat SURYA.
Menghantam WAKTU.
Melawan seribu tikaman GERIMIS.
Menjelma TAKHAYUL.

Saat itu yang terdengar hanya teriak GAGAK dengan suaranya yang GANJIL dalam cuaca yang KUYUP.

Apakah waktu tlah TIADA?
Atau barangkali TUHAN tengah MURKA?

Tubuhku LURUH di angin GURUH.
Serupa Rajawali terpanah sang PEMBURU.
Bayang-bayangku MERAYAP kehilangan RIWAYAT.

Ucapkanlah ini CINTA;

Meski maut di dasar gerimis seakan tak pernah berhenti menertawai MIMPIKU.
Sedang gerak-gerak awan hanya mampu menyusun khayalanku menjadi CEKIKIKAN BURUNG-BURUNG.
Kosmetika demikian TOLOL bagai pelayat-pelayat SIAL yang menempeli jidatku dengan LUMPUR.

"Ah, barangkali pecinta DURHAKA itu AKU....

Maka itu BIARLAH....

BIARLAAAAAH...............!!! Kerinduanku ini ku CABIK-CABIK.

Dan ku kekalkan dalam JARAK dan ANTARA agar hasrat masih MEMEKAT tuk MEREGUKMU dan membiarkanmu MEMBEKU dalam ingatanku..." DESAHKU.
Desah yang MENDESAK.
Seperti hendak MEMERANGKAP ke dalam PIKAT BAHASA.

Seketika langit di penuhi CAHAYA dari enam belas penjuru.
Tapi gelombangnya tak pernah sampai pada TANAH.
Seperti ada TABIR yang tak bisa di TEMBUS.

Apakah waktu tlah TIADA?
Atau barangkali TUHAN tengah MURKA?



.............DEMIKIANLAH TAK ADA TAKDIR

Bahkan hari perlahan menghilang tanpa SIULAN.
Malam seolah tenggelam dalam KELAM.
Gerhana mulai menyatu dengan HUJAN.
Menjadi PERAWAN.
Memekikan KESENYAPAN.
Dingin yang MENAJAM kian MERAJAM.
Jiwa yang tlah BERTARING kembali MENGERING.
Sekering RERUMPUT yang setia menunggu hujan di kemarau panjang.

Bahkan ketika CAKRA tlah MEMUSAR di telapak tanganmu,
adakah namaku TERGURAT di sana?

Ataukah CINTA di dadaku ini hanya sekedar DONGENG USANG yang akan TERBEKATI sekaligus di KREMASI saat PENAMPAKANKU kian samar di sepanjang hamparan TATAPMU....?

Ah, lagi-lagi yang terdengar hanya teriak GAGAK <Si pemangsa BANGKAI> dengan suaranya yang GANJIL dalam cuaca yang KUYUP.

Sedangkan aku tak henti-hentinya MELARUNGKAN perahu CINTAKU
serupa YUNUS yang sendiri di tengah LAUT.........




.................................................................................................AHAD 30 MEI 2004.
DEngan segenap kenangan atas BOBODOLAN.
Sebuah Dusun MURUNG dari sebuah masa LAMPAU yang enggan SILAM.
Di sebelah timur kota KEMBANG.

"Jika saja bukan karna ingin melihatmu menjadi gadis remaja.
Mungkin aku takkan pernah kembali lagi ke Dusun itu.
Sebuah dusun yang seperti dalam negeri DONGENG.
Hari-hariku di tempat itu di berlangsungkan dalam keterasingan.."

*** REPOTNYA MENGURUS TITIT ***

Sosoknya JANTAN, itu bohong.
Wajahnya TAMPAN, itu Fitnah.
Siapakah GERANGAN?

ANDI LAU

Bukan.

Namanya MUNZIR.

Kelakuannya yang aneh di balut dengan tingkahnya yang nyeleneh.
Membuat ia di juluki suami terkonyol dan berhasil menyabet penghargaan sebagai BEST COMEDIAN HUSBAND 2009 KARANGTARUNA AWARD.

Ada-ada saja memang kekonyolannya itu.
Tempo hari ia bersama isterinya menyelenggarakan sebuah syukuran sederhana atas keberhasilan anak pertamanya Njum yang masih balita, hanya karena si Njum ini sudah bisa kencing dengan sendiri.

Menurut Munzir, ini adalah prestasi pertama Njum sejak ia bayi.
Munzir pun berteriak gembira menyambut hari yang bersejarah ini.
Dan si Njum yang masih ingusan itu bukan main gembira melihat respon sekitarnya yang begitu luar biasa.
Ia merasa telah menjadi anak gede, suatu imajinasi yang tak henti-hentinya ia bayangkan.
Ia mulai merasa nikmatnya menjadi gede dan menolak disebut sebagai bocah.

Memang kencing pertamanya itu belumlah sempurna. Masih muncrat di sana-sini, baju serta kaos Njum pun menjadi pesing semua.
Dan Njum pun belum cukup sabar untuk menunggu tetes terakhir habis dan sudah buru-buru memasukkan titit kecilnya itu kembali ke celana. Tapi siapa peduli atas ketidaksempurnaannya itu.
Munzir menciuminya bertubi-tubi dan mengabarkan prestasi Njum itu ke tetangga dan sanak saudara.

Munzir tidak peduli apakah para tetangga itu peduli.
Munzir juga tak mau repot-repot apakah respon mereka itu sekadar basa-basi, tulus atau malah muak dan memaki.
Yang jelas, Munzir menjadi sibuk dengan kegembiraannya sendiri.
Bagi Munzir dan isteri yang merawat Njum sejak ia masih dalam kandungan,
prestasi semacam itu jelas sesuatu yang mengguncangkan.
Dan inilah ancaman beranak-pinak,
Di mata isterinya, selama menyangkut soal anak, Si Munzir ini mendadak begitu gampang menyebalkan tanpa ia sadari.

Bayangkan, jangankan membuka celanannya sendiri untuk kemudian bisa pipis sendiri,
bahkan ketika si Njum itu mulai bisa menatap benda-benda, mulai bisa menatap lawan bicaranya pun,
Munzir berteriak-teriak gembira.
Ketika kemudian Si Njum bisa mengapai-gapai dan bersuara, Munzir pun berteriak-teriak lagi.
Pendek kata, sepanjang menyangkut soal Njum, hidup Munzir menjadi penuh dengan teriakan.

Dan setelah rampung menuntaskan hajat kegembiraannya itu,
Munzir pun mengajak istrinya untuk bincang-bincang secara serius.

''Mulai saat ini, anak kita si Njum, sudah akan terbiasa mengelola TITITnya sendiri.
Memang masih akan butuh bantuan kita, tapi sepenuhnya, barang itu akan menjadi miliknya yang sangat pribadi.
Ia akan menjadi anak muda nanti. Dan tentunya kita pun pernah mengalaminya sendiri.
Betapa berat menjadi anak muda. Kita sendiri butuh jatuh bangun untuk menyelamatkan masa muda kita.
Jurang menganga di mana-mana dan kita suka atau terpaksa pasti pernah berada di tepi-tepinya.
Beruntung tidak sampai nyebur, tapi sungguh itu adalah sebuah tahapan yang sangat berbahaya.
Terpeleset sedikit saja kita ini sudah langsung akan terkubur di dalam aib bersama.''

Istri Munzir mulai sentimental.
Matanya mulai berkaca-kaca.
Tapi Munzir tetap tak peduli dan semangat khotbahnya yang malah kian menjadi-jadi.

''Padahal kau tahu, mengurus TITIT itu makin lama makin tidak mudah.
Bayangkan, jika banyak remaja sekarang ini tidak cuma bebas pacaran tapi juga bebas begituan.
Sambil begituan pun mereka mereka bisa memotret aksinya sendiri,
merekamnya sendiri untuk akhirnya dipertontokan sebagai bioskop umum nasional,'' kata Munzir.

Kali ini Munzir terpaksa menghentikan khotbahnya karena sang isteri sudah menangis dengan kerasnya.
Penyebabnya jelas, ia pasti tengah membayangkan fantasi buruk tentang anak kesayangannya, si Njum.

Di luar, Njum si bocah ingusan itu tampak bercanda dengan gembira.
Ia yang lagi-lagi dengan suara keras pamer pada teman-temannya bahwa betapa ia sekarang sudah bisa pipis sendiri.
Sementara banyak anak-anak tertawa mendengar pengakuan Njum itu, tangis istri Munzir pun malah makin menjadi-jadi.

Susah payah Munzir menenangkannya, ini bukti bahwa beranak-pinak tidak cuma berisi teriakan dan kegembiraan semata,
tapi juga puasa terus-menerus.
Puasa dalam berbagi bentuk. ''Aku puasa untuk tidak selingkuh, dan kamu kuat puasa untuk setia,'' kata Munzir.

''Karena jika orang tuanya rajin puasa, anak-anak itu pasti terperangkap dalam resonansinya.
Jika ia melanggar pasti cukup sewajarnya.
Jika ia terpeleset, pasti cepat bangunnya dan jika ia salah, pastilah mudah ampunannya,'' tambah Munzir sok berfilsafat.

"Bagaimana... kamu siap mengurus dan menjaga Titit anakmu itu...?" Tantang Munzir sambil nyengir.

"Atau.. mau ngurus Titit bapaknya saja...?" Munzir mulai nakal.

Isterinya diam tak menjawab.
Tapi memang begitulah gayanya jika ia sedang setuju.
Mirip ketika pertama kali Munzir melamarnya.

"Hmmmm...... Mengurus Titit bapaknya..? Siapa takut!!!"

Keduanya pun akhirnya tertawa sambil ngeloyor ke dalam kamar.
Tapi sebelum menutup Tirai, Munzir sempat mendongakan kepalanya keluar sambil ngedip.

"Mohon doa restu yah.. mau bikin adiknya Njum.. Hehehe...."

BELAJAR SENYUM DARI ORANG GILA

BELAJAR SENYUM DARI ORANG GILA

Bobodolan, Rancaekek, Bandung Timur 1995

Kisah ini sebetulnya panjang jika harus di beberkan,
maka itu aku sengaja memangkasnya agar tak terlalu lelah membacanya.
Tapi jika sudah di pangkas, koq ternyata masih panjang juga, jwengkel akhirnya.

Bayangkan.

Di awal cerita saja kita ini sudah di suruh untuk membayangkan.

Maka bayangkan saja.

Apa jadinya jika harus hidup bersama Ibu tiri yang terkenal kejam itu,
Pastinya itu bukanlah cita-cita.
Dan tentu saja, cerita inipun bukan hanya sekedar Opera Van Java yang kerap menghadirkan gelak tawa.
Apalagi cuma sekedar penghias dinding belaka, yang terkadang slalu menjadi bahan tertawa.
Memang, derita ini slalu akrab dengan sengsara. Tapi sengsara tak melulu harus menderita.
Jadi, derita ini boleh mendera, asal kita tak boleh hilang tawa.

Ibu tiri itu sebenarnya hebat jika baik. Tapi jika ia pura-pura sok baik. Brengsek jadinya.

Baik memang awalnya, malah kebaikannya itu masih ku kenang hingga hari ini.
Sebuah kebaikan yang rasanya tak mungkin ku lupakan meski hanya berupa bolak balik mengantar aku ke WC di malam hari - di saat aku harus terkena Diare waktu aku baru mulai masuk SMP. Itu saja.
Tapi kebaikan yang sebatas itupun rasanya sulit sekali ku lupakan.
Dan itulah watak kebaikan yang datangnya di saat benar-benar kita butuhkan.
Ia pasti akan sulit sekali kita lupakan.

Akan tetapi, kebaikan yang berupa perhatian itu sayangnya tak lama bertahan,
karena kemudian si ibu tiri harus segera mempunyai momongan. Dari bapakku tentunya.
Wajar memang, ia ingin mencurahkan perhatiannya itu hanya kepada anaknya semata.

Hanya saja, kewajarannya itu rasanya tidak adil jika ia tidak menyisihkan sedikit saja perhatiannya itu kepadaku.

Sejak ia punya anak dari bapakku, ia memang jadi lebih sibuk dengan anaknya sendiri.
Ketika Anaknya itu bertambah besar. Ia pun makin sibuk lagi.
Kesibukan yang menurutku terlalu berlebihan dan sangat tidak perlu untuk di tunjukan.
karena kesibukan yang ditunjukannya itu tak lebih dari sekedar kecemburuan-kecemburuan kolosal terhadapku.

Jika bapakku memberiku uang jajan dua ribu,
sedangkan anaknya cuma seribu. Ia pun sibuk cemburu.
Pun jika bapakku itu membelikanku baju baru, sementara anaknya cuma popok baru.
Ia lagi-lagi cemburu.

Pendek kata, selama menyangkut soal penafkahan.
Si ibu tiri ini bisa menjadi begitu gampang cemburuan.
Dan kecemburuannya itu sangatlah tak beraturan.
Kecemburuan yang menenggelamkan wajahnya slalu di dalam kecemberutan.

Setiap kali ia melihat wajahku, ia pasti akan langsung memasang wajah cemberut.
Tak peduli apakah ia tadinya sedang asyik tertawa.
kecemberutan yang terkadang malah membuatku ingin bercermin kembali pada kaca.
Apakah wajahku ini mirip kera. Atau hanya karena potongannya yang buruk rupa?

Aneh memang jika memperhatikan perilaku Sang ibu tiri ini.
Soal makanan saja misalnya,
Ia bisa mendadak begitu cerdik sekaligus licik.
Jika ada makanan yang mewah sedikit saja, maka ia akan buru-buru menyembunyikannya dengan menyimpannya dilemari, dan lemari itupun ia kunci rapat, agar tak dirampok olehku.
Bahkan kalo bisa ia menyembunyikannya dikamarnya sekalian.
Dan ini memang bukan bualan. Tapi inilah pengalaman.

Jadi, sepanjang menyangkut soal makanan, kami ini bisa saling rampok-rampokan.
Karena begitu bencinya aku terhadap yang namanya kekikiran dan kedengkian.

Soal makan saja aku ini sudah di jatah sekian.
Tak ubahnya babu rumahan yang tengah di aniaya sang majikan.
Cukup saja makanan-makanan kelas rendahan bagiku.
Tempat makannya pun harus berbeda sendiri dengannya.
Jika ia makan di tempat makan keluarga. Maka aku ini hanya kebagian makan di dekat tangga.

Dan untung saja aku ini bukanlah tipe anak yang berwatak pengadu.
Karena terhadap makanan, sebetulnya aku ini termasuk orang yang nyaris tak pernah itungan.
Ada makanan yo di makan. Tak ada pun tak pernah kelimpungan.
Apalagi kalo sampe harus gontok-gontokan, sikut kiri sikut kanan hanya gara-gara berebut soal makanan. Sungguh betapa amat memalukan.

Sejak itulah ibu tiri ini seolah mengobarkan perang terhadapku.
Mulai dari perang dingin hingga perang gerilya.
Kalau pun ada sedikit hubungan baik di antara kami,
itu pun tak lebih dari sekedar gencetan senjata belaka yang sifatnya itu sementara.
Cuma sekedar mengurangi kadar rampok-rampokan, tetapi justru malah menambah kadar kecurigaan.
Dengan kata lain, hubungan kami itu teramat miskin akan chemistry. Soulnya tak bersua.
Jadi jangan heran jika aku ini lebih suka di sekolah katimbang harus berdarah-darah didalam rumah.

Tegasnya, meskipun satu rumah kami ini nyaris tak pernah ramah.
Mulai dari hal yang remeh temeh hingga hal-hal yang paling nyeleneh.

Ada saja makanannya yang lezat itu ku rampok habis ketika ia lengah.
Dan itulah saat-saat dimana aku bisa begitu puas melihat expresi wajahnya yang terperangah.

Namun sayang, kepuasanku itu ternyata tak juga mampu menghadirkan kembali senyumanku yang telah lama musnah.

Ada saja memang soal-soal remeh yang kadang membuatku bertingkah yang aneh-aneh.
Pagi itu misalnya.
Selepas menunaikan sholat subuh aku ini kecolongan.
kecolongan oleh kantuk yang mengakibatkan aku kembali ketiduran.
Dan ketika bangun, pagiku sudah kesiangan.
Maka jangankan untuk sarapan.
Untuk mandi pun rasanya waktu ini tak berkecukupan.
Jangankan untuk mandi, untuk membereskan buku-buku yang berserakan saja, aku ini nyaris kerepotan.

Dan benarlah, saat tiba di sekolah, aku hanya bisa marah ketika satpam itu mengusirku secara lumrah.

Aku bingung dengan wajah murung.

Hendak pulang kerumah, tentunya hanya akan mengundang masalah.
Hendak kerumah teman, pastilah mereka semua pada sekolah.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan langkah payah tanpa jelas arah.
Uap amarah sudah benar-benar mengepul di ubun-ubunku.

"Ambek nyedek, tanaga midek" begitulah pepatah Sunda bilang.
Amarah memuncak, tenaga terdesak.
Atau, amarah mendesak, tenaga tersedak. Sama saja memang.
Maka katimbang jadi membeku, lebih baik ku lampiaskan saja pada apapun yang menghalangiku.
Dan begitu melihat kaleng kosong bekas minuman yang tergeletak begitu saja di tepi jalan itu,
kutatap sebagai benda terkutuk yang begitu empuk untuk ku jadikan sasaran.
Maka si kaleng kosong bekas minuman itu segera ku tuendang saja jauh-jauh dengan kerasnya.
Tak peduli seberapa buruk tendanganku itu, yang penting aku bisa puas melampiaskannya.

Tetapi astaga.

Dan itulah watak dari tendangan yang di sertai amarah.

Si kaleng kosong itu justru malah berlabuh di tempat yang salah;
tepat sekali di atas pangkuan si orang gila yang sedang asyik melahap makanan sisa.

Anjrit tenan!! Rupanya aku ini berbakat pula menjadi pemain bola, batinku.

lihat saja itu.

Padahal, ketika melakukan tendangan konyol itu. Aku ini nyaris tak memperhitungkan secuilpun terkait soal sudut Elevasi Optimum yang dapat menyebabkan sebuah lemparan menjadi tepat sasaran.
Tetapi dasar memang aku ini berbakat.
Meskipun aku luput memperhitungkan soal sudut tersebut.
Namun gaya yang kukeluarkan untuk tendangan itu, justru sudah mirip seperti gaya pemain bola.
Dan rupanya itulah yang menyebabkan tendanganku itu menjadi begitu terarah hingga sampe-sampe harus salah kaprah.
Mirip sekali dengan tendangan geledeknya Francesco Totti yang berlabuh tepat di pangkuan kiper Paolo Rossi dari club Cagliari.
Saking terarahnya sampe-sampe Si Totti pun di bodoh-bodohi oleh pelatihnya Donadoni.

Tetapi untung saja, aku ini sedikit lebih cerdas dari si Totti.
Sehingga begitu melihat gelagat yang tak baik itu.
Aku segera berpura-pura saja berlagak cedera.
Sedikit meniru gayanya David Villa, ketika gagal membobol gawang Belanda.
Dan hasilnya pun ajaib.

Si orang gila itu justru malah terkesan acuh tak acuh.
Ia tak segera mencari tahu siapa penendang buruk kaleng kosong tersebut.

Betapa enjoynya orang gila ini, pikirku.

Koq bisa ya?

Sambil senyum-senyum sendiri.
Ia dengan cueknya memungut kaleng bekas minuman itu.
Menguncang-guncangkannya, lalu kemudian meneguknya walau terlihat tak ada airnya.

Amboooy...!! Betapa aku terpana dibuatnya.
Aku yang sedang marah ini, nyaris saja tertawa karena ulahnya.

Sambil takut-takut begitu, aku menatap dalam ke sekujur orang gila itu.
Rambutnya yang kriwil, kumal, pakaian compang-camping dengan penampilannya yang kacau balau. Centang perenang sedemikian rupa itu, seolah menegaskan kepada publik bahwa orang ini sudah begitu senior menjalani profesi gilanya itu.
Sebuah profesi yang tentunya hanya akan membuat geli siapapun yang memandangnya.

Tetapi sejatinya bukan itu yang ku tangkap.
Ada semacam kesan lain dari orang gila ini yang membuatku terpaksa harus tercenung hingga bingung.
Inilah pelajaran yang sesungguhnya, pikirku.

Aku boleh saja bolos, tapi pelajaranku tak boleh bolong, tekadku.
Meski pelajaran ini datangnya dari luar dan bersifat liar,
Tapi sungguh, pelajaran ini justru sedang amat kubutuhkan ketika itu.
Sebuah pelajaran yang tak pernah ku dapat sebelumnya bahkan dari kurikulum wajib di sekolahku.

Yakni: Tentang tabiat si orang gila yang begitu enjoy dengan kegilaannya.

Dan inilah keistimewaan orang gila:
Pertama, Semakin ia disakiti, semakin ia tak bereaksi.
Semakin ia tak bereaksi, maka semakin energi si penghina terhabisi.
Yang ujung-ujungnya si penghina ini hanya akan menyerah lelah kepada ulahnya.
Teori inilah yang kemudian di juluki oleh teman-temanku dengan istilah teori batu.
Batu itulah seperti orang gila.

Kedua, yakni soal senyumannya.
Betapa senyum itu selalu memberi kesejukan bagi penontonnya, tak peduli apakah ia datangnya dari orang gila. Dan betapa senyum selalu mencerahkan wajah pelakunya.
Meskipun orang itu sudah jelas-jelas di vonis sebagai gila, tetapi karena slalu tersenyum, ada gambaran damai di wajahnya. Dan itulah yang menurutku paling utama.
Aku yang merasa waras saja jarang tersenyum sedemikian rupa, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Apalagi kalo sampe semurni dan setulus itu.

Jadi, jika menilik kepada kualitas senyum.
Senyumku ini jelaslah bukan tandingannya.

Sekali waktu ada memang senyuman itu di wajahku, tapi itupun sifatnya kuantitatif.
Dan senyum kuantitatif itupun jumlahnya tak seberapa, yang tak seberapa itupun cuma berisi senyum-senyum yang terpaksa saja. Terpaksa sok sabarlah, sok baiklah, sok ramahlah.
Dan keadaan sok inilah yang membuat diam-diam batinku ini malah terancam lelah.

Maka betullah, apa yang di katakan Mbak Mitha temanku itu-
Seorang pakar persenyuman terkemuka dari kota Samarinda:

Bahwa senyumanku itu sejatinya nyaris lahir dari ruang hampa.
Jadi, senyum kuantitaifku ini akan cepat sekali menghilang dari wajahku.
Secepat itu datangnya, secepat itu pula perginya tanpa meninggalkan jejak apa-apa.
Bibirku ini boleh tersenyum tetapi hatiku melayang entah kemana.
Sungguh berbeda dengan senyum si orang gila itu yang seperti menetap slalu di bibirnya.

Maka sejak itulah.
Tepatnya semenjak aku bertemu dengan orang gila itu, hari-hariku menjadi lebih sering tersenyum meski tanpa sebab apapun.
Tak peduli apakah ibu tiriku itu memvonisku sebagai gila karena aku slalu tersenyum tiba-tiba,
yang penting kualitas senyumku ini bisa menyaingi senyuman si orang gila. Begitu tekadku ketika itu.
Dan ini bukanlah mengada-ada.
Sebab, semenjak aku sering tersenyum, teman-temanku hampir semuanya terkagum-kagum melihat wajahku yang tak lagi murung.
Lalu jika suatu hari senyumku itu kembali hilang. Maka obatnya gampang.
Aku tinggal datang saja ke tempat itu.
Tempat di mana orang gila itu mangkal.
Dan begitu aku melihat orang gila itu senyum-senyum sendiri.
Aku pun seperti menemukan kembali senyumanku yang hilang.